Monday, August 15, 2011

Perjalanan Menuju Negeri Sakura (part 1)

Meyakinkan Orang Tua
Cerita ini dimulai sejak hari pertama semester satu ketika saya masih S1, saya menulis di buku catatan saya, bahwa saya akan mengambil master degree di luar negeri, tepatnya di negeri Matahari terbit Jepang. Redaksional saya waktu itu adalah….”Tokyo University wait for me”. Yeah, dengan segala keluguan saya masalah tata bahasa inggris, yang penting ditulis aja…hehehe.

Ketika pertama kali saya mengungkapkan keinginan saya untuk sekolah di luar negeri pada Ayah dan Ibu, mereka langsung menolak mentah-mentah . Tapi saya terus meneguhkan tekat, dan saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa kali ini saya tidak akan menyerah apa pun resiko yang akan saya hadapi, dan perjalanan itu pun dimulai.

Saya tidak tahu bagaimana cara untuk bisa meraih beasiswa ke luar negeri, karena itu saya browsing di internet. Sambil terus mencari informasi, saya terus berusaha meyakinkan orang tua saya, mengenai niat saya untuk belajar ke luar negeri. Karena saya ingin mereka ridho dengan apa yang saya lakukan. Saya mengemukakan alasan-alasan mengapa saya harus belajar ke luar negeri. Dan semua itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit, kurang lebih 3 tahun, hingga akhirnya saya mendapat lampu hijau, “ baik, kamu boleh belajar ke luar negeri” (dengan sederet syarat yang harus saya penuhi). Alhamdulillah, semua terasa menyenangkan sesudahnya, karena sudah direstui orang tua (meski belum jelas juga bagaimana cara untuk bisa tembus beasiswa untuk sekolah ke luar negeri).

Lamaran Beasiswa Saya
Lamaran beasiswa pertama saya adalah beasiswa monbukagakusho untuk D2, ketika saya di masih tingkat satu S1 (2006). Pada saat itu ortu belum restu, tapi saya bertekat untuk mencobanya. Karena saya berfikir bahwa jika saya tidak pernah mencoba, maka saya tidak akan pernah punya pengalaman. Dan lamaran pertama gagal dengan sukses .

Lamaran beasiswa kedua saya adalah program IELSP (2008) untuk belajar bahasa Inggris selama kurang lebih 8 minggu di Amerika, dan yang ini juga gagal .

Lamaran beasiswa ketiga saya adalah beasiswa monbukagakusho G to G (2010), kali ini lagi-lagi saya tidak lolos seleksi administrasi.

Lamaran beasiswa keempat saya adalah beasiswa ADS dari public category, dan hasilnya juga gagal (bahkan tidak mendapat surat penolakan seperti applicants lain yg gagal) Hixshixshixs .

Lamaran beasiswa kelima saya adalah Japanese Government Scholarship for Global30 International Students of Nagoya University (2011). Alhamdulillah berhasil.

Lamaran beasiswa keenam adalah Beasiswa Unggulan DIKTI dalam negeri untuk masuk di ITB. Alhamdulillah ini juga lolos, tapi saya mengundurkan diri (pengumuman beasiswa baru keluar sesudah pengumuman dari Nagoya University)

Menghadapi Setiap Kegagalan dan Berjuang untuk Bangkit
Well, saya mengakui, menghadapi kegagalan demi kegagalan, bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak yang memberi dukungan, banyak yang mencibir, banyak yang lain yang berusaha menjatuhkan. Dari sini saya banyak belajar, bahwa sandaran terbaik di setiap masalah hanyalah ALLAH SWT. Seringkali keluarga terdekat, sahabat, teman-teman, dan orang lain tidak dapat menolong atau bahkan sekedar mendengar curhat kita, karena mereka sudah terlalu lelah dengan urusan mereka masing-masing. Hanya ALLAH SWT. Sebaik-baik penolong, dan bersama-Nya tidak ada jalan buntu.

Saya terus berusaha mencari informasi beasiswa dari berbagai sumber (e.g. internet, teman-teman, dosen, lembaga bahasa inggris, pameran-pameran pendidikan asing, dsb). Saya mengevaluasi kegagalan lamaran beasiswa terdahulu dan berusaha mencari syarat-syarat yang harus saya persiapkan dan mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan itu dengan cara:
- berusaha mencari tambahan uang dengan harapan bisa les bahasa inggris dengan cara memberi les pada anak SMP, ikut PKM, program kewirausahaan;
- merancang penelitian tugas akhir yang sesuai dengan ilmu yang ingin saya pelajari ketika S2 nanti;
- mengupgrade kemampuan bahasa Inggris habis-habisan, mulai dari belajar TOEFL secara otodidak hingga akhirnya les IELTS. Entah sudah berapa kali tes TOEFL ITP (yang jelas lebih dari 5 kali), tapi maximal baru 540. Alhamdulillah dengan segala keajaiban ALLAH SWT., sekali tes IELTS langsung melebihi band yang ditargetkan.
- berusaha semaksimal mungkin untuk ikut dalam seminar-seminar nasional dan internasional baik sebagai presenter maupun peserta biasa dengan tujuan untuk benar-benar memaksimalkan kemampuan saya di bidang ilmu yang saya pelajari.
- yang pasti saya terus berdoa, memohon ridho ALLAH SWT., terus berusaha introspeksi diri dan meluruskan niat.

Dari semua yang pernah saya alami, saya yakin bahwa ALLAH SWT. memberikan kegagalan dan kesuksesan itu dengan tujuan agar kita bijak dalam menghadapi keduanya. Tidak mudah terpuruk ketika gagal dan tidak sombong ketika berhasil, karena semua itu semata-mata adalah karunia-Nya.

Alhamdulillah dengan ridho Allah SWT. Tahun 2011 ini, Allah SWT. memberikan karunia yang besar pada saya, saya diterima di Nagoya University, Jepang. Memang bukan di University of Tokyo seperti yang saya tulis di buku catatan saya (2005). Waktu itu saya hanya tahu bahwa University of Tokyo adalah Universitas terbaik d Jepang. Prinsip saya adalah lebih baik memasang target yang tinggi, karena jika target kita sepuluh maka kita akan bersungguh-sungguh untuk meraih 10, jika kita gagal untuk meraih sepuluh kemungkinan kita masih dapat meraih 9, 8 , atau 7. Tapi jika kita hanya berusaha meraih 6, paling banyak kita akan dapat 7. Alhamdulillah, Nagoya University adalah universitas keempat terbaik di Jepang dan termasuk dalam 100 universitas terbaik di dunia (http://www.topuniversities.com/institution/nagoya-university/wur). Bagi saya semua ini adalah sebuah keajaiban ALLAH SWT. Saya berdoa semoga semua lancar dan sukses, semoga ALLAH SWT. senantiasa meridhoi dan memudahkan jalan saya. Amiin  .

Monday, January 19, 2009

Aku tidak akan berhenti!

Aku tidak akan berhenti!
Hidup ini memang penuh warna, ada bermacam-macam karakter, sifat, morfologi luar, anatomi, yah macem-macem deh. Karena itu juga pendapat orang tentang suatu permasalahan yang sama, bisa macem-macem juga, contohnya adalah pendapat keempat sohibku, teman baik buanget yang udah kaya saudara ketika di kuliahan ni, siapa lagi kalo bukan Chandra, Iqbal, Dayat, dan Siska, No one support me to get master degree. And u know what their reasons? Kira-kira kaya gini pendapat mereka Pratiwi, cowok itu biasanya takut ngedeketin cewek yang gelarnya tinggi2, cewek itu sebaiknya gak menikah terlalu tua, dsb. Oh My God!
Apa yang salah sih dengan cewek yang mempunyai gelar pendidikan lebih tinggi? Apakah semua itu bisa mengukur tingkat kualitas keimanan dan keilmuan seseorang? Apakah itu adalah standar mutlak untuk menilai seseorang? Apakah itu suatu kesalahan kalau kita ingin belajar dan menjadikan tingkat pendidikan yang tinggi itu sebagai media? Apakah salah jika seseorang ingin tidak hanya menjadi ibu rumah tangga yang baik tapi juga wanita karir yang baik? Apakah salah jika cewek itu punya impian yang tinggi tentang keilmuan? Bukankah menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki dan perempuan? Bukankah perintahnya sudah jelas?
Buat saya ini bukan sekedar perkara eksistensi, bukan pula sekedar ego pribadi, bukan masalah hebat-hebatan, bukan pula sekedar GILA gelar. Karena ini adalah masalah idealisme yang tersimpan dalam diri, pemikiran-pemikiran yang ingin terus hidup dan dikembangkan di ranah yang seharusnya, agar tidak mati. Lalu kenapa? Islam tidak pernah mengkebiri potensi siapa pun? Istri Nabi Khodijah juga seorang pedagang yang sukses yang kemudian menyedekahkan hartanya untuk perjuangan Islam, lalu apa ada yang salah jika seorang wanita ingin menjadi ibu rumah tangga saja, atau ibu rumah tangga sekaligus ilmuwan, dosen, perawat, dokter, dsb. Menurut saya setiap orang punya pilihan yang tidak harus selalu sama antara satu dengan lainnya. Jadi, apa pun pilihan yang kita ambil selama itu benar dan kita kerjakan dengan penuh tanggungjawab. That’s fine!
Lalu kenapa muncul anggapan bahwa kaum adam akan takut untuk mendekati seorang wanita dengan gelar pendidikan, pangkat, atau pun jabatan lebih tinggi? Seharusnya itu menjadi tantangan bagi setiap orang, jika memang mereka menganggap gelar dan tetek bengeknya merupakan salah satu standar yang digunakan untuk menilai kualitas pasangan, itu jadi motivasi dong, karena apa? Menghendaki pasangan-pasangan kita ada dalam satu khufu, pria yang baik untuk wanita yang baik, demikian juga sebaliknya. So dengan kata lain, orang yang berkualitas baik dari segi iman maupun intelektualnya adalah untuk orang yang berkualitas juga, demikian juga sebaliknya. Masalah adanya kekurangan dan perbedaan antara satu sama lain itu adalah salah satu bentuk sarana untuk saling melengkapi, kata orang Jawa “Tumbu ketemu tutup”, yang jelas perbedaan dan kekurangan ini pasti gak jauh-jauh dari kata se-khufu. Tau gak kenapa kok kaya gini? Karena Allah Maha Mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang dicipta paling sempurna dengan berbagai jenis yang banyak sekali, mereka tidak dapat hidup sendiri, mereka butuh teman untuk saling melengkapi. So, Let’s Show our Quality!

Saturday, January 17, 2009

Tahun baru kemaren, udah lama sih

Pergantian Tahun 2008-2009 bertabur Doa
Matahari membenamkan tubuhnya di antara gedung, phon, dan semak-semak. Dia beranjak terlelap setelah kelelahan bekerja seharian. Semburat cahaya jingga, kuning, merah merangkai angkasa. Sinarnya yang lembut mengintip di antara daun-daun Pinus mercusii di depan jendela kamarku, seolah mengucap salam perpisahan pada tahun yang akan segera berlalu.
Sementara di berbagai sudut kota dan desa, orang-orang mondar-mandir dengan gaun gemerlap berwarna-warni, membunyikan terompet yang suaranya mirip tikus terjepit menjerit-jerit. Menaiki mobil juga sepeda yang berdesak-desakkan di depan lampu merah seperti ibu-ibu yang antri sembako, dengan nafas-nafas berwarna jelaga yang keluar dari tungku pembakaran kendaraan yang tersedak-sedak membuat dada pengendaranya semakin nelangsa, laksana terhimpit seribu ton baja.
Perayaan tahun baru memang selalu meriah, tidak peduli nasib bangsa lagi senang atau susah, tidak peduli musim panen atau paceklik, tidak peduli ada hujan, panas, atau badai sekali pun. Orang-orang akan pergi kemana saja untuk bersenang-senang dengan saudara, rekan kerja, pacar, maupun mereka yang tidak memiliki status hubungan apa pun.
Hari ini aku memilih untuk tidak mengikuti perayaan tahun baru bersama-sama teman-teman sekelasku, karena itu bukan tradisi yang harus dilestarikan untukku. Pada pergantian tahun, biasanya aku lebih senang meringkuk di bawah selimut, melindungi tulang dan gigiku yang seolah akan retak diterpa angin dan udara di malam tahun yang suhunya menurutku lebih dingin daripada freezer kulkas milik para penjual es lilin di pasar Pakis. Tahun ini, demi sebuah undangan penting dari sahabatku, aku rela melepas selimutku dan menggantinya dengan jaket hangat berwarna merah dengan garis hitam yang terbuat dari bahan cukup tebal untuk melapisi kaos hitamku yang tipis, rok hitam panjang berbunga-bunga sebesar bunga matahari berwarna krem dari bahan katun, dan kaos kaki merah hati dengan motif buah-buahan dan bunga berwarna oranye, merah muda, dan ungu yang ramai. Sekilas penampilanku tampak seperti mozaik dari pecahan kaca yang biasa ditempel di dinding-dinding gereja atau rumah-rumah tua bergaya eropa. Dengan penampilan seperti inilah aku datang pada acara doa bersama seluruh warga universitas negeri malang di masjid Al-Hikmah.
Tikar dan karpet sudah digelar dan konsumsi tampak sudah disiapkan kira-kira cukup untuk dua ratus orang. Para panitia sedang mondar-mandir mengecek sound system, membagikan kertas berisi doa yang akan dibaca dipimpin oleh seorang imam yang sudah terpercaya kelurusan akhlak dan akidahnya, dan juga membagikan konsumsi pada peserta yang jumlahnya bisa dihitung dengan dua puluh jari tidak kurang tidak lebih. Dari dua puluh jari itu yang lima belas adalah jari dari orang-orang yang sudah berumur dan sisanya adalah jari dari anak-anak seusiaku. Kemanakah perginya para mahasiswa yang mengaku dirinya intelek karena dapat berkuliah di salah satu perguruan tinggi favorit di kota malang itu? Mengapa mereka tidak hadir di momen penting dan sakral untuk melakukan pendekatan pada Yang Kuasa ini? Ah entahlah, aku sediri tidak mengerti, yang jelas sore tadi banyak sekali undangan dan ajakan dari teman-teman kuliahku untuk hang out di berbagai tempat dalam rangka merayakan pergantian tahun.
Aku enggan mengikuti ajakan mereka, aku enggan untuk terlibat dalam antrian panjang kendaraan di depan lampu merah, berjejal-jejal dalam lautan manusia kehilangan jati diri dengan bau keringat seperti trasi, cabe, pete dan bawang, juga enggan untuk menahan gemeretak tulang dan gigiku yang ngilu karena hempasan angin malam sedingin es batu. Aku lebih memilih di sini menghamparkan harapan pada Sang Pencipta, bermunajat dan berharap Dia akan menghampirkan mimpi-mimpi yang kulukiskan, menyentuh setiap harap dalam hati sehingga menjadi kenyataan di tahun-tahun yang akan datang.
Akhirnya acara doa bersama dimulai dengan khidmat dipimpin oleh seorang imam berwajah tirus, hidung mancung, matanya bulat dan tajam, bibirnya tipis, dengan alis yang tebal. Dia mengenakan surban, sarung, dan baju koko yang berwarna putih sehingga tampak bercahaya dan berwibawa. Semua peserta menundukkan kepala dan mulutnya komat-kamit membaca doa-doa selama kurang lebih satu jam lamanya.
Setelah acara usai aku berjalan pulang melewati jalan Ambarawa yang dihias bunga-bunga merah muda dari pohon-pohon angsana, diselingi aroma bunga Michelia campaca yang menyejukkan raga, dan sinar bulan yang mengintip mesra di balik senyum sabitnya.

Thursday, December 18, 2008

Jadikanlah Bumi Pertiwi Ini Bangga

Jadikanlah Bumi Pertiwi Ini Bangga
20 hari di bulan Oktober sudah kita jalani, bulan November dan Desember di tahun ini akan segera datang. Bagi para aktivis politik kampus Universitas Negeri Malang, tiga bulan ini merupakan bulan-bulan keramat. Kenapa saya katakan demikian? Karena pada bulan-bulan ini, iklim politik semakin memanas bak kentang goreng. seiring dengan semakin dekatnya hari H yang ditunggu-tunggu yaitu hari pelaksanaan Pemilu Raya.
Banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan untuk menyambut pemilu raya, mulai dari rapat-rapat pembentukan tim sukses, persiapan kampanye, kampanye itu sendiri baik yang terselubung maupun terang-terangan, legal ataupun ilegal, dan berbagai kegiatan lain yang menambah semarak pemilu raya setiap tahunnya. Kegiatan-kegiatan ini biasanya dilakukan secara kolektif dan terorganisir di berbagai forum oleh kelompok-kelompok tertentu yang mempunyai satu tujuan yaitu agar calon yang diusung dapat duduk suatu jabatan tertentu, baik itu ketua himpunan mahasiswa jurusan, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMFA), maupun Presiden Mahasiswa (Presma). Bagaimanapun kegiatan-kegiatan tadi merupakan sebuah bentuk apresiasi yang tinggi pada sebuah gawe politik terbesar di arena kampus, pemilu raya, dimana pada acara inilah seluruh mahasiswa di kampus UM tercinta akan memilih para pemimpinnya yang akan menjadi penentu kebijakan Organisasi Pemerintahan Mahasiswa selama kurun waktu satu tahun mendatang.
Ketua Organisasi Pemerintahan Mahasiswa baik yang berada dalam tataran jurusan, fakultas, maupun universitas memiliki posisi strategis sebagai penentu berbagai kebijakan organisasi pemerintahan mahasiswa yang merupakan wadah pendidikan dan pengembangan politik di kampus.
Selayaknya organisasi politik mahasiswa, maka OPM memiliki kesempatan yang luas untuk menjadi wadah pencetak agents of change, yang diharapkan berperanan penting bagi kemajuan bangsa, berperan aktif dalam berbagai kegiatan berhubungan dengan masyarkat kampus, maupun masyarakat luas, dan sebagai sekumpulan manusia cendekia, OPM dapat menjadi wahana lahirnya aspirasi dan solusi atas berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Berdasarkan paparan di atas, tampak bahwa ketua OPM dalam sekup mana pun memiliki peranan langsung terhadap perubahan menuju kemajuan kampus dan juga bangsa secara umum. Hal inilah yang mendasari sikap kita menjadi lebih kritis dalam memilih calon ketua OPM, agar perubahan dan kemajuan itu benar-benar terwujud, Sekarang dan Selamanya!
Selayaknya pemilihan umum di Indonesia, pemilu raya di kampus UM juga tidak terlepas dari adanya berbagai kepentingan-kepentingan, baik yang bersifat pribadi maupun golongan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sejak berlakunya peraturan pemerintah tentang organisasi mahasiswa ekstra, maka berbagai organisasi mahasiswa ekstra kampus tidak boleh menjalankan aktivitasnya di kampus, tapi pada kenyataannya sebagian besar pengurus OPM di UM saat ini adalah para mahasiswa yang juga menjadi aktivis OMEK. Hal ini sah-sah saja, selama dasar penempatan mereka pada OPM adalah profesionalitas personal bukan azas golongan yang sesuai atau sama, atau permainan deal politik antar OMEK mengenai jumlah pengurus dalam suatu organisasi, atau berbagai cara lain yang pada akhirnya melahirkan tirani pada golongan-golongan minoritas, yaitu mereka yang kompeten tetapi tidak tergabung dalam OMEK tertentu atau kader OMEK tertentu yang jumlahnya minoritas. Kalau seandainya kita mau jujur dan mendengar kembali nurani kita, maka kita akan menyadari bahwa selama ini permainan politik di kampus kita belumlah berdasarkan azas profesionalitas, masih terlalu banyak kepentingan di dalamnya. Idealisme mahasiswa yang terbangun belum mengarah pada kemajuan bangsa secara luas, tapi masih berkutat pada egoisme-egoisme golongan yang melahirkan sikap-sikap anarkis, bahkan terhadap saudara sesama mahasiswa sendiri, sehingga tercipta iklim persaingan tidak sehat antar omek sendiri maupun para aktivis.
Sebagai mahasiswa seharusnya kita sudah mampu menjadi orang yang berpikir terbuka, objektif, sehat, dan rasional sehingga kita dapat memikirkan dan mengatasi segala permasalahan yang timbul secara proporsional. Mahasiswa seharusnya tidak berkutat pada permasalahan golongan saja, kita harus mampu berpikir secara global dan bertindak secara lokal, sehingga cakarawala pemikiran kita akan luas dan lebih banyak hal yang dapat kita lakukan.
Pemilu di tataran fakultas maupun universtas hanyalah salah satu ajang untuk kita sebagai mahasiswa, belajar tentang demokrasi, oleh karena itu kita harus melakukannya secara profesional sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar dan rasional tentunya. Pemilu di dunia mahasiswa seharusnya bisa menjadi contoh bagi pelaksanaan pemilu di negara ini. Mengapa demikian? Karena mahasiswa adalah orang-orang cendekia yang penuh dengan idealisme dan rasionalisasi yang tidak dimiliki oleh semua rakyat biasa yang ada di negara ini. Mahasiswa memiliki pengetahuan, kemampuan menelaah dan menganalisis suatu permasalahan dengan lebih baik, karena itulah pemilihan umum di tataran mahasiswa baik di fakultas maupun universitas seharusnya berjalan dengan lebih baik dan dapat menjadi prototype pemilu di negara ini.
Kepentingan-kepentingan golongan akan selalu ada, permainan politik pasti perlu dilakukan, tapi semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar. Kemenangan bagi pihak mana pun haruslah diperoleh dengan cara-cara yang adil, saya menyebutnya “kemenangan yang diperoleh tanpa menginjak pundak orang lain”. Kemenangan ini tidak hanya membawa kebaikan untuk golongan tertentu saja, tetapi juga semua orang (semua rakyat yang ada di wilayah pemilu).
Pada akhirnya, kita sebagai mahasiswa seharusnya menyadari bahwa, negara ini sudah demikian amburadul. Negara ini perlu prototype-prototype baru yang dapat mengatasi keamburadulan bangsa ini. Sebagai mahasiswa yang sering mengaku sebagai “Agent of Change” seharusnya kita dapat memberikan prototype-prototype tersebut. Sudah bukan zamannya lagi kita hanya berkutat pada kepentingan pribadi dan golongan. Kemenangan untuk sebuah perubahan demi kemajuan hanya dapat diperoleh bersama-sama tanpa melukai siapa pun. Karena itulah Pemilu di Universitas Negeri Malang tahun ini harus menjadi pemilu yang baik, adil, rasional, dan membawa kemenangan bagi semua, sehingga bumi pertiwi ini akan bangga pada kita. Semoga!
Ditulis pada tanggal bulan Oktober, lupa tanggal persisnya!

Friday, December 12, 2008

Haruskah aku mengatakannya?

Dadaku sesak
Bibirku kelu
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan

Haruskah aku mengatakannya?
Lalu seberapa banyak luka
yang tertoreh karenanya

Hatiku basah
Jiwaku luka
Ku tak ingin ada di sini

Biarkan ku pergi
Untuk membuktikan pada semua

Sementara itu biarkan ku tetap bertahan
menghadapi dan melawan semua dengan berani

Meski tidak mudah
Demi sebuah harapan

Thursday, December 11, 2008

Writing School

Writing School: A new Experience

Writing school give me so many kinds of experiences and knowledges in writing. At the first time actually I’m not interest enough to join this school, but I think I must try something new, something that I have never done before. So I decide to join writing school that is held by Forum Lingkar Pena Malang.
In writing school, We are learned about writing news, make a web-blog, short story, news, and novel. Honestly, I’m the one who has no talent in writing short story, novel, or news. Sometimes, I just write poems, but in writing school I must make a short story, novel, and news, it’s great! It’s really enjoyable for me to have new experiences.
The first task is make a news. We must make a news that tell about what, where, who, and how, with several improvement. We give 2 week to finish this task. Uh, this is hard enough for me, I have no idea! Untill the second week I still have no idea. I try to be keep calm. And finally I have idea to write about general election commitee in my faculty. I don’t know wether this good or not but the most important thing is I have try something and strive to do my task for best.
I still have several weeks in writing school, I hope I‘ll learn more and more about writing here and spend my great time with write something that give a new inspiration for me and others.

Tuesday, December 9, 2008

Harapan

Kaki-kaki yang menapak penuh semangat
Hiruk-pikuk suasana hangat
Sendiri dalam luka, sepi dalam jiwa
Tidak mungkin bertahan, sulit melepaskan
Jiwa-jiwa rapuh yang mencoba menerima
Jiwa-jiwa dalam gelap dan kesedihan
Tidak mungkin lari dari kenyataan
Sulit sekali untuk bertahan apalagi bangkit

Mentari-mentari asa tertutup kanopi jati
Hati yang terluka dalam belum terobati
Mencoba bertahan, mencoba mempelajari
Memcoba untuk terus berlari
Melawan waktu
Menggapai impian-impian kalbu

Rintik-rintik hujan
Menghapus kemarau panjang
Melodi alam
Memecah hening kesepian
Dia telah mengirimkan cinta-Nya
Mengabulkan setiap nama dalam doa
Menghapus mendung dengan hujan dan mentari
Kebahagiaan itu telah kembali
Sayap-sayap itu telah mengepak lagi
Jiwa dan semangat itu telah bangkit

Semua ada dalam tiap doa
Dan harapan itu adalah milik-Nya